Kementerian Pertahanan RI menggelar event dua tahunan berskala internasional bertajuk “Indo Defence 2018 Expo & Forum” di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada tanggal 7 – 10 November 2018. Sebanyak 867 peserta dari 59 negara akan meramaikan pameran internasional bidang teknologi industri pertahanan tiga matra tersebut.
Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan dengan diadakannya acara tersebut Indonesia bisa memperkuat industri pertahanan dalam negeri dengan membangun kemitraan dengan negara-negara lain.
Sejumlah negara yang mengirimkan delegasi untuk menyaksikan pameran internasional ini seperti Malaysia, Australia, Yunani, Jepang, Fiji, Belarus, Arab Saudi, Slovakia, dan Uni Emirat Arab. Sejumlah perusahaan asing juga turut serta dalam pameran ini seperti Rheinmetal, SAAB, Lockheed Martin, KAI, FN Herstal, Beretta, Excalibur, SVOS, Nexter, Reutech, Turkish Aerospace Industries Inc, Polica Armanent Group (PGZ), dan lain-lain. Tak ketinggalan sejumlah perusahaan industri pertahanan Indonesia juga turut serta dalam pameran ini yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT PAL Indonesia, PT Len, PT Dahana, PT Sritex, Infoglobal, Bhimasena Group, PT Sentra Surya Ekajaya, PT Ridho Agung, dan lain-lain.
Pada even indodefense 2018 ini Institut Teknologi Bandung menampilkan berbagai hasil penelitian yang terkait dengan teknologi militer. Berbagai hasil penelitian tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan pihak lain serta pendanaan dari berbagai skema pendanaan riset.
Pada stand indoor ditampilkan beberapa peralatan diantaranya berupa :
- UAV bawah laut yang digunakan untuk melakukan survey serta pengintaian di bawah laut, UAV ini dapat digunakan hingga kedalaman 200 meter.
- Simulasi pesawat yang dapat digunakan untuk latihan menggunakan berbagai jenis pesawat
- UAV fixwing yang dapat digunakan untuk pemetaan udara serta pengintaian
- Komponen display radar pasif yang merupakan bagian dari sistem radar pasif dengan komponen utamanya berada pada sesi outdoor
- Sistem perangkat lunak yang dapat mendeteksi ujaran kebencian
- Sistem kontrol UAV fixwing yang dapat digunakan pada berbagai jenis UAV fixwing
Selain itu di area outdoor, Tim ITB melalui PT LAPI ITB dengan Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan) menampilkan sosok radar pasif dalam kendaraan khsusus (ransus). Meski masih purwarupa, desain ransus dari truk dengan karoseri yang futuristik, boleh dibilang berhasil membetot perhatian khalayak luas.
Radar pasif adalah sistem perangkat pendeteksi target layaknya radar aktif, namun tanpa mentransmisikan sinyal ke target yang dimaksud. Sebagai bagian dari elektronik warfare, radarpasif ini berperan penting dalam melakukan fungsi deteksi target menggunakan sinyal referensi atau sumber sinyal tertentu termasuk untuk mengetahui lokasi sumber sinyal serta melakukan tracking.
Fungsi-fungsi yang ada di radar pasif antara lain adalah PCL (Passive Coherent Location) yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengidentifikasi objek dengan memanfaatkan pantulan gelombang elektromagnetik yang ada di lingkungan sekitar.
Lalu ada PET (Passive Emmiter Tracking) yang fungsinya untuk mendeteksi dan mengidentifikasi objek dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh obyek itu sendiri. Yang terakhir IFF (Identification Friend or Foe)/ADS-B (Automatic dependent surveillance—broadcast)yang berfungsi mendeteksi dan mengidentifikasi objek di udara dengan memanfaatkan transmisi/pertukaran informasi IFF/ADS-B.
Komponen utama radar pasif terdiri dari antenna system, Mast and Traier, Digital Signal Processing (DSP), dan Display. Keuntungan radar pasif adalah tidak perlu memancarkan sinyal sendiri (silent) untuk mendeteksi target. Selain itu, biaya lebih murah karena tidak memerlukan transmitter.
Kemampuan pertahanan udara yang mengandalkan radar aktif akan sangat terdongkrak dengan dilengkapi sistem radar pasif, sehingga tidak saja pesawat konvensional bisa lebih mudah tertangkap radar namun juga pesawat non konvensional berkemampuan stealth, termasuk pesawat tanpa awak dan rudal jelajah bisa terdeteksi dan bisa dilumpuhkan sedini mungkin.